Rabu, 26 Desember 2012

Hubungan Industri Rumah Tangga dengan Pengentasan Kemiskinan



Indonesia merupakan negara yang berkembang, penduduknya menempati urutan ke-4 di dunia. Keadaan ini menimbulkan pengangguran dan kemiskinan namun masalah kependudukan yang padat ini tidak diimbangi dengan jumlah lapangan kerja yang tersedia. Hal ini menyebabkan banyak tenaga kerja yang tidak memperoleh pekerjaan.. Penduduk yang padat tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang tersedia. Sehingga menyebabkan banyak tenaga kerja yang tidak tersaring. Pengangguran terjadi di mana-mana, akhirnya timbul masalah sosial yang lain yaitu kemiskinan.
Secara konseptual perdebataan tentang persoalan kemiskinan yang muncul selama ini dihadapkan dua sisi yang saling bertabrakan, yaitu mendudukan kemiskinan dalam aspek ekonomi semata atau memposisikan kemiskinan sebagai isu sosial. Jika kemiskinan dianggap sebagai masalah ekonomi saja, maka kemiskinan biasanya disederhanakan dalam bentuk berapa pendapatan perkapita, namun jika kemiskinan dianggap sebagai isu sosial maka memandang kemiskinan merupakan keterbatasan individu untuk terlibat dalam partisipasi pembangunan, baik akibat dari ketidakmampuaan ketrampilan, pendidikan atau akses untuk mendapatkan penghasilan sehingga individu tersebut tidak mampu mencapai kesejahteraan.
Seperti yang diketahui selama ini, persoalan kemiskinan telah menjadi sorotan utama pemerintah untuk segera dientaskan, namun program pengentasan yang telah dicanangkan pemerintaha tidak menunjukan hasil yang maksimal. Adapun contoh program pengentasan kemiskinan itu antara lain ,yaitu melalui bantuan langsung tunai (BLT) sebagai kompensasi dari pengurangan subsidi BBM dan beras untuk masyarakat miskin (Raskin) maupun bantuan yang berupa asuransi kesehatan untuk masyarakat miskin serta bantuan operasional sekolah (BOS) yang diharapkan mampu mengurangi jumlah anak putus sekolah dari penduduk miskin dan meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat yang berjalan tidak sesui dengan harapan. Banyak terjadi penyimpangan dalam pelaksanaannya sehingga tujuan dari program tersebut tidak tercapai.
Secara umum usaha kecil yang terdapat di pedesaan adalah industri kecil dan industri rumah tangga. Berdasarkan definisi atau klasifikasi Biro Pusat Statistik (BPS), perbedaan antara industri kecil dan industri rumah tangga adalah pada jumlah pekerja. Industri rumah tangga adalah unit usaha (establishment) dengan jumlah pekerja 1 hingga 4 orang, yang kebanyakan adalah anggota-anggota keluarga (family workers) yang tidak dibayar oleh pemilik usaha itu sendiri. Kegiatan industri tanpa tenaga kerja, yang disebut self employment, juga termasuk dalam kelompok industri rumah tangga. Sedangkan, indutri kecil adalah unit usaha dengan jumlah pekerja antara 5 hingga 9 orang yang sebagian besar adalah pekerja yang dibayar (wage labourers). Perbedaan lainnya antara industri kecil dan industri rumah tangga adalah terutama pada aspek-aspek seperti sistem manajemen, pola organisasi usaha, termasuk pembagian kerja (labour division), jenis teknologi yang digunakan atau metode produksi yang diterapkan dan jenis produksi yang dibuat. Pada umumnya industri rumah tangga sangat tradisional atau primitif dalam aspek-aspek tersebut.
Mengetahui karakteristik atau sifat utama dari industri kecil dan indutri rumah tangga di pedesaan, yang sangat padat karya, pemerintah dan kalangan masyarakat beranggapan bahwa pengembangan industri-industri tersebut sangat urgen diupayakan terus agar menjadi suatu kelompok industri yang kuat dan sehat. Usaha untuk mengembangkan industri kecil dan industri rumah tangga di pedesaan merupakan langkah yang tepat sebagai salah satu  kebijakan pemerintah untuk menanggulangi masalah-masalah ekonomi dan sosial yang dihadapi Indonesia pada saat ini.

Peran industri rumah tangga dalam pengentasan kemiskinan
beberapa peran pengembangan industri Rumah tangga bagi kemajuan perekonomian serta pengentasan kemiskinan di Indonesia :
  1. Melatih skill dan keterampilan sehingga membuat rakyat lebih produktif dalam menjalankan usahanya untuk menunjang perekonomiannya
  2. Sifatnya yang padat karya akan menyaring banyak tenaga kerja sehingga pengangguran dapat berkurang dengan kata lain menciptakan lapangan kerja baru
  3. Menghasilkan produk yang berdaya saing tinggi baik di dalam negeri maupun di luar negeri
  4. Menciptakan masyarakat yang mandiri berpengahsilan tinggi yang mampu meningkatkan taraf hidupnya
  5. Menciptakan kestabilan ekonomi mulai dari lingkup daerah hingga negara sehingga kondisi perekonomian juga meningkat


Sumber
Dewantara, Alam Setya. dkk. 1995. Kemiskinan Dan Kesenjangan di Indonesia. Yogyakarta: Aditia Media.
Munir,rozy.tjiptoherijanto,prijono. 1981. Penduduk dan Pembangunan Ekonomi.Jakarta:Bina Aksara
Triyanto Widodo,Suseno. 1990. Indikator Ekonomi dasar-dasar perekonomian Indonesia. Yogyakarta: Kanisius
Prayitno hadi (penyunting).1987.Pengembangan Ekonomi Pedesaan. Yogyakarta; BPFE

Tidak ada komentar:

Posting Komentar